Begitu banyak wajah cinta. Ia bisa masuk ke mana saja, hingga seringkali kita tidak menyadarinya.
Cinta tak selalu bisa dibingkai dengan kata. Tapi, bisa dirasakan kehadirannya. Ia hadir di balik nafkah suami yang mungkin tak seberapa, atau sekadar hadiah baju bekas bapak pada anaknya.
Cinta juga tak selalu terekspresikan secara langsung di hadapan orang tertentu. Bisa jadi ia bertunas dan mekar menjadi bunga empati dalam kalbu. Seperti munculnya duka dan gelisah mengingat periuk tetangga terlalu lama kosong berdebu.
Cinta yang hakiki justru bukan rangkaian kata indah membuai jiwa, yang sering kali hanya memanjakan telinga dan perasaan saja.
Cinta hakiki justru yang mekar di atas kepatuhan untuk melangkah dalam batas halal haram yang ditetapkan Allah Ta'ala, karena ingin menjaga keluarga dari api neraka.
"Cinta itu kehidupan. Siapa terhalang darinya, ia dalam kematian. Cinta itu cahaya. Siapa saja tanpanya, dia berada dalam samudera kegelapan." *)
*)Lih. A'mal Al-qulub, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, Majmu'ah, cet. ke-1, hal. 397
Diambil dari buku "Rupa-Rupa Cinta" Karya Abunnada.
